PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDKAN KESEHATAN KLIEN


PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDKAN KESEHATAN KLIEN


 ILIYANA SARI
1020183011
2A


 

PROGAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
Tahun 2018/2019
Alamat : Jl. Ganesha 1, Purwosari, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59316






KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan, karena atas kehendak-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pengembangan Program Pendidikan Kesehatan Klien”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Pendidikan dan Promosi Kesehatan.
Penulis mengucapkan syukur kepada ALLAH SWT atas limpahan nikmat sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas pendidikan promosi kesehatan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata, kami berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua.






Kudus, 1 juli 2019


Penulis







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2     Rumusan Masalah. ....................................................................................... 2
1.3     Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Identifikasi kebutuhan belajar klien ............................................................. 3
2.2  Tujuan pendidikan kesehatan klien .............................................................. 3
2.3  Prinsip, metode, teknik dan strategi pendidikan.......................................... 4
2.4  Media pembelajaran..................................................................................... 7
2.5  Implementasi pendidikan kesehatan klien................................................... 9
2.6  Evaluasi pendidikan kesehatan klien......................................................... 10

BAB III PENUTUP
3.1     Kesimpulan................................................................................................. 19
3.2     Saran........................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Belajar menjadi aktivitas manusia disepanjang rentang kehidupan.Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan pendidikan dalam segala hal agar terjadi perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Pengalaman merupakan proses belajar sepanjang hidup yang tidak diajarkan selama jenjang pendidikan. Pendidikan atau edukasi adalah kegiatan untuk menambahkan pengetahuan seseorang melalui instruksi atau teknik praktik belajar dengan tujuan memberi dorongan terhadap pengarahan diri ke arah yang lebih baik, serta aktif memberikan informasi terkait dan terbaru. Pendidikan ini bertujuan untuk mengubah pemahaman individu terhadap suatu hal sehingga individu memandang hal tersebut dengan lebih bermakna.
Pendidikan atau edukasi pasien adalah bagian utama dari praktek semua kesehatan profesional.Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik. Pendidikan kesehatan juga bertujuan untuk membantu individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu hal yang penting di dalam dunia kesehatan.Mengajarkan pasien untuk selalu melakukan hidup sehat tentunya harus dilakukan oleh seorang perawat kepada kliennya.
Seorang perawat sangat berperan sebagai pengajar dengan tujuan untuk meningkatkan gaya hidup sehat individu melalui pengaplikasian pengetahuan tentang kesehatan, proses perubahan, teori belajar dan mengajar, dan proses keperawatan serta proses mengajar. Akan tetapi, disisi lain perawat juga  harus tetap senantiasa belajar agar ilmu dan keterampilan yang dimiliki senantiasa dapat berkembang.


1.2  Rumusan Masalah
Dari pemaparan mengenai latar belakang tersebut, kami mengambil beberapa rumusan masalah, yaitu:
a.       Bagaimana identifikasi kebutuhan belajar klien?
b.      Apa tujuan pendidikan  kesehatan klien dan prinsip, metode, teknik, dan strategi pengajaran?
c.       Apa media pembelajaran pendidikan kesehatan klien?
d.      Bagaimana implementasi pendidikan kesehatan klien?
e.       Apa saja evaluasi pendidikan kesehatan klien?

1.3  Tujuan
Dengan rumusan masalah diatas, penyusunan makalah ini bertujuan untuk:
a.       Menjelaskan identifikasi kebutuhan belajar klien
b.      Menjelaskan tujuan pendidikan  kesehatan klien dan prinsip, metode, teknik, dan strategi pengajaran.
c.       Menjelaskan media pembelajaran pendidikan kesehatan klien
d.      Menjelaskan implementasi pendidikan kesehatan klien
e.       Menjelaskan evaluasi pendidikan kesehatan











BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Identifikasi Kebutuhan Belajar Klien
Pengkajian dapat dimanfaatkan untuk lebih mengenal gaya belajar suatu populasi, dengan mengukur mengenal gaya belajar menggunakan multiple intelligences of learning (Bensley, Robert J, 2008). Pengkajian tipe ini membantu penyaji memahami metode pilihan seseorang dalam belajar seperti gerakan, lisan, visual, intrapersonal, matematis logika, dengan musik atau secara natural. Tujuan dari pengkajian ini adalah diperolehnya informasi dari individu, keluarga atau kelompok tentang kondisi kesehatan, dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan pendidikan kesehatan (Efendi, 2009). Metode yang dapat dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara dan mempelajari data yang telah ada (Efendi, 2009). Setelah itu aspek yang dikaji adalah riwayat keperawatan, faktor budaya, faktor ekonomi, dan gaya belajar.

2.2     Tujuan pendidikan
Segala aktivitas promosi kesehatan memiliki tujuan memberikan informasi bagi masyarakat terkait segala hal yang bertujuan pada peningkatan kualitas kesehatan; baik itu kesehatan individu maupun masyarakat.
Direktorat Promosi Kesehatan memiliki tugas pokok menyiapkan sekaligus melakukan kegiatan – kegiatan promosi kesehatan dan melakukan penyebarluasan segala bentuk informasi kesehatan serta melakukan pengembangan sumber daya kesehatan hingga melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat pada bidang – bidang kesehatan.
Secara singkat, petugas promosi kesehatan merupakan corong pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan untuk menyampaikan segala macam informasi yang berkaitan dengan kesehatan dengan tujuan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan sumber daya yang berkaitan dengan kesehatan.
Tujuan promosi kesehatan yang utama adalah memberikan informasi yang pada tingkatan lebih lanjut dapat memicu kesadaran masyarakat mengenai program atau gerakan yang tengah dicanangkan oleh pemerintah.

2.3     Prinsip, metode, teknik, dan strategi pendidikan
2.3.1  Prinsip-prinsip pembelajaran yang perlu diketahui adalah :
a.       Prinsip perhatian dan Motivasi
Dalam proses pembelajaran, perhatian memiliki peranan yang sangat penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Motivasi berhubungan erat dengan minat, siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki perhatian yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi dalam belajar.motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting juga dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

b.      Prinsip Keaktifan
Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan metrespon terhadap setiap pembelajaran.

c.       Prinsip Keterlibatan Langsung / Berpengalaman
Prinsip ini berhubungan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap kegiatan pembelajaran harus melibatkan diri ( setiap individu ) terjun mengalaminya.

d.      Prinsip Pengulangan
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang dikemukan oleh Edward L. Thorndike ( 1974 – 1949 ) tentang law of lerning, yaitu “ law of effect, law of exercise and law of readiess “

e.       Prinsip Tantangan
Implikasi lain adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu kondisi yang menantang seperti mengandung masalah yang perlu dipecahkan, siswa aka tertantang untuk mempelajariny. Dengan kata lain pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dean menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dab generalisasi tersebut.

f.       Prinsip Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan melalui metode-metode pembelaran yang menantang, seperti Tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan yang sejenisnya akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

g.      Prinsip perbedaan Individual
Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun psikism, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.
2.3.2  Metode Pembelajaran
Joni menjelaskan bahwa “Metode adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa”.Selainitu, metode juga bisa dipahami sebagai cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah dan sistematis.
Metode pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyamapaikan pesan kesehatan kepeada masyarakat, kelompok Atau individu. Di bawah ini akan di uraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa.
a.    Metode pendidikan individual atau perorangan
Dalam pendidikan kesehatan, metode kesehatan yang bersifat invidual ini digunakan untuk membina perikalu baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja menjadi aseptor atau ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja memperoleh atau mendengarkan penyuluhan kesehatan.

b.   Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih metoe pendidikan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.
1.         Kelompok besar
Yang dimaksud kelompom besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 20orang. Metode yang baik untuk kelompok besar itu, antara lain: Ceramah, Seminar

2.         Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang  dari 20 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain: Diskusi kelompok, Role play, Permainan simulasi
3.         Metode pendidikan masa
Metode pendidikan atau massa untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya masaa atau publik, maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Contoh metoe pendidikan massa adalah: Ceramah umum, Pidato dan diskusi, Simulasi, Sinetron, Tulisan di majalah atau koran.

2.3.3        Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan sesorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.

2.3.4        Strategi Pembelajaran
Komalasari menjelaskan bahwa “Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien”.Sedangkan Dimyati dan Soedjono mengemukakan bahwa: Strategi dalam pembelajaran adalah kegiatan guru ugntuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspekaspek dari komponen pembentukan sistem pembelajaran. Lebih lanjut dikemukakan bahwa penentuan strategi pembelajaran tidak hanya dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga dalam perencanaan pembelajaran.

2.4      Media Pembelajaran
2.4.1                      Media pendidikan
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.
Kegunaan : Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan photo dan sebagainya.
Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
• Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
• Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :
• Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari. 
• Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
• Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
• Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
• Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

2.4.2     Macam macam media
1.      Media Cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan pesan kesehatan sangat bervariasi, anatara lain:
a. Booklet
b. Leaflet
c. Flyer
d. Flip chart
e. Rubrik 
f. Poster

2.       Media elektronik
Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan pesan atau informasi informasi kesehatan dan jenisnya berbeda beda, antara lain:
a. Televisi
b. Radio
c. Video
d. Slide
e. Film strip
3.      Media Papan
Papan yang dipasang di tempat tempat umum dapat di pakai dan diisi dengan pesan pesan atau informasi informasi kesehatan.

2.5      Implementasi pendidikan kesehatan klien
Perawat perlu fleksibel dalam mengimplementasikan berbagai rencana pengajaran karena perencanaan mungkin membutuhkan perbaikan. Mengimplementasi rencana mengajar memerlukan keterampilan personal seperti teknik komunikasi. Perawat dapat memfasilitasi proses belajar klien melalui pendekatan yang ramah dan hangat. Penampilan sikap perawat memiliki efek yang besar dibandingkan dengan faktor yang lain. Dibawah ini adalah petunjuk yang dapat membantu perawat ketika mengimplemensikan rencana Pengajaran.
1. Waktu yang optimal untuk masing-masing sesi bergantung pada klien yang belajar. Sebagian klien Memilih Waktu terbaik untuk belajar pada pagi hari, sebagian harinya untuk sore hari. Jika memungkinkan tanyakan pada klien untuk membantu memilih waktu yang terbaik.
2. Kecepatan dalam setiap sesi juga mempengaruhi belajar. Perawat hendaknya sensitif terhadap berbagai tanda bahwa langkah-langkah mengajar terlalu lambat atau cepat. Jika kalian nampak bingung atau tidak memahami materi ketika ditanya mungkin hal itu karena perawat mengajar terlalu cepat. Jika klien tampak bosan dan kehilangan perhatian, kecepatan, atau langkah-langkah mungkin terlalu lambat atau periode waktu belajar terlalu lama sehingga klien merasa lelah.
3. Keadaan lingkungan dapat menurunkan atau membantu belajar. Lingkungan yang bising akan mengurangi konsentrasi sedangkan lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan belajar.
4. Alat bantu belajar dapat membantu perkembangan belajar dan mampu Memfokuskan perhatian klien.
5. Jika menemukan sendiri isi atau substansi klien akan belajar lebih efektif.
6. Melakukan pengulangan Materi dari yang tidak diketahui ke yang diketahui dan hubungan dilihat secara logis.
7. Menggunakan bahasa orang awam yang dapat meningkatkan komunikasi.

2.6      Evaluasi pendidikan kesehatan klien
2.6.1        Evaluasi Aspek Psikomotor Klien
      Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar yang harus dialami oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran dengan tujuan akhir perubahan perilaku (Nursalam & Efendi, 2007). Bloom (1909) membagi perilaku ke dalam tiga domain kognitif, domain sikap dan domain psikomotor. Kognitif adalah merupakan hasil tahu dan penginderaan seseorang terhadap suatu objek.  Domain sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus. Sedangkan domain psikomotor adalah respons yang terlihat secara langsung oleh orang lain atau biasa disebut dengan praktik.
      Domain psikomotor memiliki empat tingkatan yaitu persepsi, respons terpimpin, mekanisme, dan adaptasi. Pada tahap persepsi, kita mengenal dan memilih objek yang berhubungan dengan tindakan yang akan diambil. Selanjutnya adalah respon terpimpin adalah melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. Ketiga dalah mekanisme yaitu apabila seseorang melakukan dengan benar secara otomatis atau menajdi sebuah kebiasaan. Terakhir yang paling tinggi adalah adopsi yaitu praktik yang sudah berkembang dengan baik. (Efendi & Makhfudli, 2009)
      Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan media peraga. Teknik dan media ini memudahkan narasumber untuk menyampaikan pesannya. Teknik harus dipilih berdasarkan pengunjung yang hadir dan tujuan yang ingin dicapai. Setelah teknik yang dipilih sesuai, maka ditentukan media dan alat peraga yang akan dipergunakan dalam pendidikan kesehatan. Media dapat berbentuk elektronik, cetak atau media lainnya, hal ini ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan dan sumber daya pendukung.
       Setelah dilakukakn pendidikan kesehatan, narasumber akan mengevaluasi beberapa aspek yaitu evaluasi belajar klien, evaluasi aspek psikomotor dan evaluasi mengajar intervensi keperawatan. Tujuannya adalah mengevaluasi pencapaian tujuan pendidikan yang telah diberikan.  Namun, pada kesempatan kali ini saya akan berfokus kepada evaluasi aspek psikomotor klien.
      Evaluasi aspek psikomotor dapat dilakukan dengan mengobservasi bagaimana klien melakukan suatu prosedur di rumah. Evaluasi ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan evaluasi kognitif dan biasanya hanya ditentukan dengan skala sikap. Dari hasil observasi ini, kita bisa mengetahui apakah perlu dilakukan modifikasi pendidikan kiranya tujuan tidak tercapai, atau kiranya sudah tercapai adakah yang mesti dikembangkan.
      Keberhasilan pendidikan kesehatan dapat dievaluasi dari berbagai aspek yaitu, input, proses, output, outcomes dan impact serta komponen pertanyaan seperti what, where, when, why, dan how. Hasil dari evaluasi ini juga dapat dijadikan acuan sebagai bahan rencana tindak lanjut bagi narasumber terhadap penerima. Rencana tindak lanjut ini dapat meningkatkan pengetahuan penerima materi dan mencapai aspek domain psikomotor paling tinggi yaitu aspek adopsi.

2.6.2        Evaluasi Belajar Klien
            Tahapan asuhan keperawatan yang terakhir adalah Evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengukur keberhasilan intervensi yang dilakukan serta menilai apakah dibutuhkan intervensi lain (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010). Evaluasi dapat sesuai dengan macam-macam klien, yaitu:
a.                  Evaluasi individu
Tolak ukur yang dapat mengevaluasi seorang individu bisa jadi bermacam-macam bergantung pada kasusnya. dikutip dari buku Barbara K. Redman (2004) dalam bukunya Advances in Patience Education ada lima tolak ukur yang bisa dinilai secara umum (Redmen, 2004) , yaitu:
1.                  Self-Efficacy
Self-efficacy adalah kepercayaan seorang individu mengenai kemampuannya untuk melaksanakan atau menjalankan sesuatu. Biasanya, hal ini spesifik terhadap suatu kasus atau perilaku. Untuk itu, tolak ukur ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi tertentu. Contohnya adalah Childbirth Self-Efficacy Scale  (Lowe, 1993, dalam, Redmen, 2004) serta Sickle cell Self-Efficacy Scale (Edwards, Telfair, Cecil & Lenoci, 2000, dalam, Redmen 2004).
2. Kebutuhan mengetahui sebuah informasi
Kebutuhan untuk mengetahui sebuah informasi biasanya tinggi akan permintaan terhadap klien-klien dengan level depresi atau kecemasan yang lebih tinggi. Hal ini dibuktikan dari klien yang memiliki diabetes, rheumatoid arthritis, kanker, asma, osteoporosis, schizophrenia dan beberapa penyakit lainnya, ternyata kebutuhan informasi sangat diinginkan oleh pasien kanker. Kebutuhan akan informasi ini juga berkurang setelah masa penyakit membaik.
3.   Kepercayaan
Kepercayaan klien terhadap suatu kondisi dapat mempengaruhi proses asuhan keperawatan. Contohnya adalah The Menopause Representations Questinnaire yang mengukur pengetahuan individu mengenai identitas, konsekuensi, dan persepsi mengenai kontrol dan penyembuhan, hal ini bisa mempengaruhi asuhan keperawatan. Kepercayaan yang tidak benar akan suatu kondisi kelien bisa jadi mempengaruhi proses penyembuhan klien.
4.   Manajemen diri
Contoh pengukuran tolak ukur manajemen diri ini adalah Heart Failure Questionnaire yang menilai bagaimana perilaku seseorang dengan penyakit jantung dan apa yang mereka lakukan saat gejalanya datang. Hasilnya adalah orang yang lebih berpengalaman pada kesehariannya mencoba untuk mengurangi konsumsi sodium. Hal ini adalah contoh penilaian manajemen diri yang baik.



b.      Evaluasi komunitas
Perawat komunitas akan mengukur apakah rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat membuahkan hasil yang dilakukan pada fase evaluasi ini. Komunitas maupun perawat, mengukur keberhasilan ini berdasarkan objektif yang tercapai. Perawat memiliki tanggung jawab sepenuhnya terhadap hasil ini, namun, dengan berkolaborasi dengan anggota komunitas serta tenaga kesehatan lain, akan membuat hasil evaluasi yang lebih valid (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010).
Rencana asuhan keperawatan yang melibatkan diagnosis keperawatan, ekspektasi hasil, dan intervensi, membutuhkan data menganai bagaimana komunitas tersebut merespon terhadap rencana asuhan keperawatan yang dibuat. Hasil dari respon tersebut dibandingkan antara sebelum dan sesudah intervensi. Perbandingan ini akan memberikan gambaran mengenai seberapa efektif rencana asuhan keperawatan tersebut (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010)
Frekuensi penilaian evaluasi juga tergantung akan situasi, seberapa cepat perubahan diharapkan, dan objektifnya. Contoh, seseorang yang berdarah akan membutuhkan evaluasi dengan interval yang singkat, sementara perubahan perilaku komunitas akan berjalan perlahan dan membutuhkan metode evaluasi jangka panjang. Interval evaluasi berbeda-beda tergantung apakah objektifnya jangka pendek atau jangka panjang (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010).

c.       Evaluasi keluarga
Fungsi dari evaluasi ini adalah untuk menilai bagaimana keluarga merespon terhadap rencana asuhan keperawatan dan apakah intervensi ini berhasil. Tujuan dan objektif yang spesifik terhadap suatu kasus akan mempermudah hasil evaluasi dibandingkan evaluasi yang umum. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi hasil intervensi dengan tolak ukur simpel adalah seperti perubahan berat badan, peningkatan kapasitas paru-paru dari program olahraga, Sementara itu, hasil dari promosi kesehatan dan pencegahan penyakit lainnya tidak semudah itu untuk diukur atau dinilai, namun harus tetap dilakukan dalam tahapan asuhan keperawatan. Saat menilai faktor-faktor seperti kepercayaan, perspektif pribadi, atau peran dalam suatu hubungan, perawat harus mengevaluasi berdasarkan pendapat keluarga tersebut apakah mereka merasa intervensi itu berhasil atau tidak. Setelah itu, data yang diperoleh dari keluarga digunakan untuk dibandingkan dengan informasi saat awal pengkajian untuk dapat menentukan apakah ada perubahan (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010).
Tolak ukur berikut ini dapat digunakan untuk menentukan keefektifan sebuah intervensi, yaitu: 1) perubahan pola interaksi, 2) komunikasi efektif, 3) kemampuan untuk mengekspresikan emosi, 4) kepekaan terhadap kebutuhan anggota keluarga lain, dan 5) kemampuan memecahkan masalah. Tolak ukur tersebut dapat dibandingkan dengan kondisi keluarga pada saat pengkajian awal. Hasil dari penilaian tolak ukur ini masih bisa digunakan untuk menilai potret keluarga bahkan hingga hari ini, saat keluarga sudah lebih bervariasi (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010).
Saat melakukan perencanaan asuhan keperawatan, perawat harus menentukan kriteria terkait norma dasar yang diharapkan untuk muncul, hal ini adalah dasar dari hasil evaluasi. Bila kriteria yang dibuat semakin objektif, maka hasil evaluasi akan semakin valid. Saat tujuan dan objektif tercapai, maka masalah sudah terselesaikan. Sebaliknya, bila tujuan tidak tercapai, maka perawat harus mengkaji ulang apa penyebab tidak tercapainya tujuan dan merencanakan intervensi alternative. Kesalahan bisa dari faktor keluarga maupun faktor pelayanan kesehatan itu sendiri seperti kekurangan staf ahli atau kekurangan dalam pendanaan (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010).

2.6.3        Jenis Evaluasi
1.      Evaluasi struktur
        Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.

2.      Evaluasi proses
        Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.

3.      Evaluasi hasil
        Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.

2.6.4        Hal – Hal Yang Ada Dalam Evaluasi
1.         Kecukupan informasi.
2.         Relevansi faktor-faktor yang berkaitan.
3.         Prioritas masalah yang disusun.
4.         Kesesuaian rencana dengan masalah.
5.         Pertimbangan fator-faktor yang unik.
6.         Perhatian terhadap rencana medis untuk terapi.
7.         Logika hasil yang diharapkan.
8.         Penjelasan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
9.         Keberhasilan rencana yang telah disusun.
10.     Kualitas penyusunan rencana.
11.     Timbulnya masalah baru.

2.6.5        Hasil Evaluasi
1.    Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
2.    Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan
3.    Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru

Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjective)  : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan.
O (Objective)  : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Analisis)   : membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.




















BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Belajar sepanjang hayat merupakan suatu konsep tentang belajar terus menerus dan berkesinambungan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan internal. Belajar ialah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman yang bertujuan untuk menumbuhkan sifat-sifat positif dari peserta didik. Metode belajar terbagi atas 7 metode (Simamora, 2009) yaitu metode penglihatan, mendengar, bergerak, taktil/sentuhan, penciuman, pengecap, dan metode kombinasi (mengandalkan lebih dari satu indra/metode). Sedangkan mengajar menurut Simamora (2009) merupakan suatu rangkaian kegiatan penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut. Tujuan dari diberikannya edukasi kepada individu ialah untuk memenuhi kebutuhan dasar individu secara komprehensif melalui upaya integrasi berbagai konsep, teori, dan teknikal.
Pada dasarnya proses dan kebutuhan pembelajaran pendidikan kesehatan pada tiap tiap individu, keluarga, masyarakat itu berbeda-beda. Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik (Suliha, Herawani, Sumiati, & Resnayati, 2002).Adapun media pengajaran yang dapat digunakan ialah melalui teks, media audio, media visual, media proyeksi gerak, benda-benda tiruan/miniature, dan manusia. Sehingga dapat mempermudah proses dan memenuhi pendidikan kesehatan pada tiap tiap individu, keluarga, maupun masyarakat


3.2  Saran
Sebagai individu kita harus selalu melakukan kegiatan belajar mengajar. Tak hanya pada saat usia muda, melainkan sampai akhir hayat. Apabila kita ingin melakukan, menerapkan, atau mempelajari suatu hal pada diri sendiri ataupun pada orang lain, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai suatu hal tersebut, kemudian memahaminya, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar yang kita lakukan dapat terlaksana ataupun tersampaikan dengan baik dan berguna bagi kehidupan kita maupun kehidupan orang lain yang telah kita ajari.























DAFTAR PUSTAKA
http://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/2682/3/BAB%20II.pdf
https://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/07/Media-Promkes.pdf
https://id.scribd.com/doc/116483748/Pendidikan-Kesehatan-Dalam-Keperawatan-Kel-7
http://digilib.unila.ac.id/2443/10/BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/35822108/ASPEK_PENDIDIKAN_SEBAGAI_PROMOSI_DALAM_PELAYANAN_KESEHATAN?source=swp_share


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Hubungan Istirahat Dan Tidur II

MAKALAH KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH I ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISRITMIA