MAKALAH KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH I ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISRITMIA
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………………………. i
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………….. ii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………….... iii
BAB
I (PENDAHULUAN)……………………………………………………………………… 1
BAB
II (PEMBAHASAN)………………………………………………………………………. 3
1. Definisi
2. Manifestasi
klinis
3. Patofisiologi
4. Penatalaksanaan
5. Pengkajian
keperawatan
6. Diagnosa
keperawatan
7. Perencanaan
tindakan keperawatan
BAB
III
(PENUTP)…………………………………………………………………………… 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Disritmia adalah suatu kelainan ireguler dari denyut jantung
yang disebabkan oleh pembentukan impuls yang abnormal dan kelainan konduksi
impuls atau keduanya. Fibrilasi ventrikuler adalah sebagian depolarisasi
ventrikel yang tidak efektif, cepat, tak teratur. Ini terjadi karena iskemik,
infark miokard, manipulasi kateter dan karena sengatan listrik.
Disritmia ventrikel merupakan permulaan dari fibrilasi
ventrikel. Fibrilasi ventrikel ditandai dengan perpanjangan interval Q – T dan
HR 150 – 2000 X / menit atau bahkan lebih. Fibrilasi ventrikel merupakan
penyebab kematian tiba-tiba bila resusitasi tidak dilakukan segera. Stimulasi
irama jantung bermula dari nodus SA di dinding atrium kanan dekat muara vena
kava superior. Menyebar seluruh dinding atrium dan sampai ke nodus AV terletak
di dasar atrium kanan diatas katup trikuspidalis. Stimulasi diteruskan melalui
berkas his dan membagi 2 jarak menuju miokard ventrikel melalui serat purkinje.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
pengertian dari Disritmia ?
2. Apa
sajakah etiologi dari Disritmia?
3. Bagaimana
patofisiologi dari Disritmia?
4. Bagaimana
Pathway ( WOC ) dari Disritmia?
5. Bagaimana
pemeriksaan diagnostik untuk pasien yang mengalami Disritmia ?
6. Bagaimana
penatalaksanaan terapi untuk pasien Disritmia?
7. Pengkajian
apa saja yang di berikan untuk pasien Disritmia?
8. Bagaimana
diagnosa keperawatan Disritmia?
9. Apa
saja perencanaan keperawatan untuk pasien Disritmia ?
C.
TUJUAN
Untuk mengetahui apakah sajakah asuhan
keperawatan dengan pasien Disritmia secara benar dan apa saja yang harus di
lakukan perawat untuk mendiagnosa pasien dan melakukan tindakan keperawatan
yang sudah sesuai dengan pedoman pengobatan, terapi Disritmia tersebut.
D.
MANFAAT
1
Sebagai evaluasi para dokter dalam
memberikan resimen pengobatan
Terapi kepada pasien Disritmia
2
Memberikan informasi untuk
penelitian-penelitian selanjutnya
3
Menambah wawasan seputar asuhan
keperawatan Disritmia
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi
yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi
elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat
perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya
terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan
denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
B.
MANIFESTASI
KLINIS
1. Perubahan
TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit
nadi; bunyi jantung irama tak teratur,
bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema;
haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2. Sinkop,
pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
3. Nyeri
dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah.
4. Nafas
pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti
pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal;
hemoptisis.
5. demam;
kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
C.
PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, pacu untuk denyut jantung dimulai di
denyut nodus SA dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV
dengan 50 kali permenit, yang kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke
serabut purkinje. Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan
sentrum yang memimpin ini disebut pacemaker. Dalam keadaan tertentu, sentrum
yang lebih rendah dapat juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu : Bila sentrum SA
membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV membentuk pacu lebih besar.
Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan k BIndel HIS
akibat adanya kerusakan pada sistem hantaran atau penekanan oleh obat. Aritmia
terjadi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas abnormal atau gangguan
konduksi). Gangguan dalam pembentukan pacu antara lain:
1. Gangguan dari irama sinus, seperti
takikardi sinus, bradikardi sinus dan aritmia sinus.
2. Debar ektopik dan irama ektopik:
Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu makanan sedang
dicerna. Takikardi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti
demam, hipertiroidisme, anemia, lemah miokard, miokarditis, dan neurosis
jantung.
D.
PENATALAKSANAAN TERAPI
1.
Terapi medis
Obat-obat anti aritmia dibagi 4
kelas yaitu :
a.
Anti aritmia Kelas 1: sodium channel blocker
- Kelas 1 A
Quinidine
adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya
atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide
untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai
anestesi.
Dysopiramide untuk
SVT akut dan berulang
-
Kelas
1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel
akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel
dan VT
-
Kelas
1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik
dan takikardi
b.
Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol :
indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi
c.
Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT
berulang
d.
Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi
supraventrikular aritmia
2.
Terapi mekanis
a.
Kardioversi : mencakup
pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS,
biasanya merupakan prosedur elektif.
b. Defibrilasi :
kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
c. Defibrilator
kardioverter implantabel : suatu
alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada
pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk
mengontrol frekuensi jantung.
E.
PENGKAJIAN
Pengkajian
primer :
1.
Airway
¨ Apakah
ada peningkatan sekret ?
¨ Adakah
suara nafas : krekels ?
2.
Breathing
¨ Adakah
distress pernafasan ?
¨ Adakah
hipoksemia berat ?
¨ Adakah
retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
¨ Apakah
ada bunyi whezing ?
3.
Circulation
¨ Bagaimanakan
perubahan tingkat kesadaran ?
¨ Apakah
ada takikardi ?
¨ Apakah
ada takipnoe ?
¨ Apakah
haluaran urin menurun ?
¨ Apakah
terjadi penurunan TD ?
¨ Bagaimana
kapiler refill ?
¨ Apakah
ada sianosis ?
Pengkajian
sekunder
1.
Riwayat penyakit
- Faktor
resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
- Riwayat IM sebelumnya
(disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi
- Penggunaan obat
digitalis, kuinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya
intoksikasi
- Kondisi
psikososial
2.
Pengkajian fisik
a.
Aktivitas : kelelahan umum
b.
Sirkulasi : perubahan TD (
hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tidak teratur, bunyi
ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat,
sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun
berat.
c.
Integritas ego : perasaan
gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
d.
Makanan/cairan : hilang nafsu
makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, perubahan berat
badan, perubahan kelembaban kulit
e.
Neurosensori : pusing,
berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
f.
Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri
dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat anti angina, gelisah
g.
Pernafasan : penyakit
paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
h.
Keamanan : demam; kemerahan kulit
(reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan
tonus otot/kekuatan
F.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi eliktrikal; penurunan kontraktilitas miokardial.
2.
Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan berhubungan dengan
kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi; tidak
mengenal sumber informasi; kurang mengungat
3.
Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
4.
Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan
5.
Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan in adekuat suplay
oksigen ke jaringan.
G.
PERENCANAAN
1.
Diagnosa : Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
gangguan konduksi eliktrikal; penurunan kontraktilitas miokardial.
Perencanaan dan rasional :
Perencanaan dan rasional :
a)
Raba nadi (radial, carotid, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi,
keteraturan, amplitude (penuh/kuat) dan simetris. Catat adanya pulsus alternan,
nadi bigeminal, atau deficit nadi.
Rasional
: perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi menunjukkan efek gangguan
curah jantung pada sirkulasi sistemik/perifer.
b)
Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adaya denyut jantung
ekstra, penurunan nadi.
Rasional
: disritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan pendengaran dari pada dengan
palpasi. Pendenganaran terhadap bunyi jantung ekstra atau penurunan nadi
membantu mengidentifikasi disritmia pada pasien tak terpantau.
c)
Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
Laporkan variasi penting pada TD/frekuensi nadi, kesamaan, pernafasan,
perubahan pada warna kulit/suhu, tingkat kesadaran/sensori, dan haluaran urine
selama episode disritmia.
d)
Rasional : meskipun tidak semua disritmia mengancam hidup, penanganan cepat
untuk mengakhiri disritmia diperlukan pada adanya gangguan curah jantung dan
perfusi jaringan.
e)
Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase
akut
f)
Rasional : penurunan rangsang dan penghilangan stress akibat katekolamin, yang
menyebabkan/meningkatkan disritmia dan vasokonstraksi serta meningkatkan kerja
miokardia.
g)
Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stress, contoh teknik
relaksasi, bimbingan imajinasi, nafas lambat/dalam
Rasional : meningkatkan partisipasi pasien dalam mengeluarkan beberapa rasa control dalam situasi penuh stress.
Rasional : meningkatkan partisipasi pasien dalam mengeluarkan beberapa rasa control dalam situasi penuh stress.
h) Siapkan/lakukan resusitasi jantung
paru sesuai indikasi
Rasional : terjadinya disritmia yang
mengancam, hidup memerlukan upaya intervensi untuk mencegah kerusakan iskemia/
kematian.
i) Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi.
Rasional : meningkatkan jumlah sediaan
oksigen untuk miokard, yang menurunkan iritabilitas yang disebabkan oleh
hipoksia.
j) Siapkan untuk/Bantu penanaman
otomatik kardioverter atau defibrillator (AICD) bila diindikasikan
k) Rasional : alat ini melalui
pembedahan ditanam pada pasien dengan disritmia berulang yang mengancam hidup
meskipun diberi obat terapi secara hati-hati.
2. Nyeri berhubungan dengan iskemia
jaringan
Perencanaan dan rasional :
a) Selidiki keluhan nyeri dada,
perhatikan awalan dan faktor pemberat dan penurun. Perhatikan petunjuk non
verbal ketidak nyamanan
b) Rasional : Nyeri secara khas
terletak subternal dan dapat menyebar keleher dan punggung. Namun ini berbeda
dari iskemia infark miokard.
Pada nyeri ini dapat memburuk pada
inspirasi dalam, gerakan atau berbaring dan hilang dengan duduk
tegak/membungkuk
c) Berikan lingkungan yang tenang dan
tindakan kenyamanan mis: perubahan posisi, masasage punggung, kompres hangat
dingin, dukungan emosional
Rasional : untuk menurunkan ketidak nyamanan fisik dan emosional pasien.
Rasional : untuk menurunkan ketidak nyamanan fisik dan emosional pasien.
d) Berikan aktivitas hiburan yang tepat
e) Rasional : mengarahkan perhatian,
memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu
f) Berikan obat-obatan sesuai indikasi
nyeri
Rasional : untuk menghilangkan nyeri
dan respon inflamasi
3. Intolerans aktivitas berhubungan
dengan kelemahan/kelelahan
a) Kaji respon pasien terhadap
aktivitas
Rasional : Dapat mempengaruhi aktivitas
curah jantung
b)
Pantau frekuensi jantung,TD, pernapasan setelah aktivitas
Rasional : Membantu menentukan derajat kompensasi jantung dan pulmonal, penurunan TD, takikardi,disritmia dan takipneu adalah indikatif dari kerusakan toleransi terhadap aktivitas
Rasional : Membantu menentukan derajat kompensasi jantung dan pulmonal, penurunan TD, takikardi,disritmia dan takipneu adalah indikatif dari kerusakan toleransi terhadap aktivitas
c)
Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut dari perikarditis/endokarditis.
Rasional : Meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut dari perikarditis/endokarditis.
d) Bantu pasien dalam program latihan
aktivitas
Rasional : Saat
inflamasi/ kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas
yang diinginkan.
4. Kurang pengetahuan tentang
penyebab/kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah
pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi; tidak mengenal sumber informasi;
kurang mengingat.
Perencanaan dan rasional :
a) Kaji ulang fungsi jantung
normal/konduksi eliktrikal
Rasional : memeberikan dasar
pengetahuan untuk memahami variasi individual dan memahami alasan intervensi
terapeutik
b)
Jelaskan/tekankan masalah disritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/orang terdekat
Rasional : informasi terus-menerus/baru
dapat menurunkan cemas sehubungan dengan ketidaktahuan dan menyiapkan
pasien/orang terdekat. Pendidikan pada orang terdekat mungkin penting bila
pasien lansia, mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran, atau tak mampu
atau tak minat belajar/mengikuti instruksi. Penjelasan berulang mungkin diperlukan,
karena kecemasan dan/atau hambatan informasi baru dapat menghambat/membatasi
belajar.
c)
Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
d) Rasional : pacu sementara mungkin
perlu untuk neningkatkan pembentukan impuls atau menghambat takidisritmia dan
aktivitas ektopik supaya mempertahankan fungsi kardiovaskuler sampai pacu
spontan diperbaiki atau pacuan permanen dikakukan.
e) Dorong pengembangan latihan rutin,
menghindari latihan berlebihan. Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan
aktivitas cepat, contoh pusing, silau, dispnea, nyeri dada.
Rasional : bila disritmia ditangani
dengan tepat, aktivitas normal harus dilakukan. Program latihan berguna dalam
memperbaiki kesehatan kardiovaskuler.
5. Risiko terhadap perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan in adekuat suplai oksigen ke jaringan.
Perencanaan
dan rasional :
a)
Selidiki nyeri dada,dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri
pleuritik,sianosis pucat
Rasional
: Emboli arteri. Mempengaruhi jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit
katup dan disritmia kronis.
b)
Observasi ekstremitas terhadap edema, eroitema
Rasional
: Ketidakaktifan/tirah baring lama mencetuskan stasis vena, meningkatkan resiko
pembentukan trombosis vena
c)
Observasi hematuri
Rasional
: Menandakan emboli ginjal
d)
Perhatikan nyeri abdomen kiri atas
Rasional
: menandakan emboli splenik
BAB
III
PENUTUP
Gangguan irama
jantung atau disritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark
miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama
jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis.
Disritmia atau
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi
yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama
jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga
termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi.
Semoga makalah yang kami buat dapat
dipakai sebagai acuan untuk belajar bagi mahasiswa – mahasiswi kesehatan.
Jangan lupa belajar...
ILIYANA SARI _ KUDUS
Komentar
Posting Komentar